Kamis, 27 Oktober 2016

Agresi Militer Belanda 2, Sejarah Dan Kronologis Terjadinya

Agresi Militer Belanda 2, Sejarah Dan Kronologis Terjadinya - Dalam sejarah bangsa Indonesia, maka tidak bisa dipisahkan dengan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Belanda. Kekejaman dan kelakuan jahat yang dilakukan oleh bangsa Belanda begitu menyiksa dan sangat memprihatinkan untuk rakyat Indonesia. Kemerdekaan Indonesia yang bisa dicapai pada tanggal 17 Agustus 1945, memerlukan perjuangan yang sangat berat dari para pahlawan kemerdekaan kala itu. Bahkan, meski Indonesia sudah mendapatkan kedaulatan negara sejak kemerdekaan 17 Agustus, Belanda tetap bersikukuh tidak mau mengakui dan tetap melakukan serangan-serangan militer ke Indonesia.

Agresi Militer Belanda 2
Agresi Militer Belanda 2
Serangan yang dilakukan Belanda atau disebut juga dengan Agresi Militer Belanda 2 ini dimulai atas dasar bahwa pihak Belanda tetap bersikukuh untuk menguasai Indonesia. Belanda tetap berusaha mencari pembenaran atas apa yang mereka lakukan dan melanggara perjanjian yang sudah disepakati bersama. Bahkan justru Belanda menuduh bangsa Indonesia tidak menjalankan kesepakatan yang berupa perjanjian atau perundingan Renville. Namun tak kalah cerdik, pihak Indonesia sudah membaca gelagat dari kubu Belanda. TNI dengan cerdas membaca situasi ke depan dan mengantisipasi jika Belanda kembali melakukan aksi militernya.

Maka dari itu untuk menghadapi kekuatan militer Belanda, maka TNI kemudian mendirikan Markas Besar Komando Djawa (NIBKD) yang dipimpin oleh Kolonel Abdul Haris Nasution. Selain NIBKD, juga mendirikan Markas Besar Komando Sumatra atau MBKS yang dipimpin oleh Kolonel Hidayat. Selain itu, semua komponen juga disiapkan untuk menghadapi Agresi Militer Belanda 2 ini. Termasuk juga menyiapkan penyelenggaraan pemerintahan militer yang kecamatan merupakan basis utama pertahanannya. Sedangkan tenaga rakyat yang berada di desa-desa adalah sebagai kekuatan utama. Pada dasaranya sebenarnya seluruh komponen di Indonesia sudah siap terhadap Agresi Militer Belanda 2.

Kronologi Agresi Militer Belanda 2

Agresi Militer Belanda tepatnya dibuka pada tanggal 19 Desember 1948 sebelum Pemilu 1955. Taktik yang dilakukan dalam Agresi Militer Belanda 2 kala itu adalah menggunakan strategi perang kilat atau blitkreig. Belanda melancarkan serangan di berbagai sudut dan front di daerah Republik Indonesia. Serangan Agresi Militer Belanda 2 dimulai dengan menrjunkan tim penerjun udara di Pangkalan Udara Maguwo, sekarang Adi Sucipto. Langkah pertama ini berhasil menguasai Yogyakarta dengan gerak cepat. Pada saati itu, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta memutuskan untuk tetap berada di Ibukota meski mereka tahu akan ditawan oleh Belanda. Mereka berdua beralasan agar mereka tetap bisa menjalankan misi diplomasi dengan Belanda.

Selain itu, serangan Agresi Militer Belanda 2 tidak mungkin dilakukan terus menerus dalam penyerangan, karena Presiden sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Perang Indonesia dan Wakil Presiden menteri pertahanan sudah mereka tawan. Sementara itu, sebelum terjadinya Agresi Militer Belanda 2, Jendral Soedirman sebagai Panglima Besar Angkatan Perang menderita sakit paru-paru yang sangat parah yang mengharuskan beliau untuk dirawat di Rumah Sakit. Namun di tengah sakit nya yang parah, Soedirman berpesan bahwa jika Belanda menyerang Yogyakarta, maka ia akan memgang kembali pimpinan Angkatan Perang dan memimpin prajurit dalam melakukan perang gerilya.

Peran Penting Jendral Besar Sudirman Pada Agresi Militer Belanda 2

Pada akhirnya, Jendral Besar Sudirman turun gunung dan turut berjuang meski keadaan masih sakit parah. Beliau memimpin prajurit untuk perang gerilya dalam menghadapi Agresi Militer Belanda 2. Dengan diiringi dan diampingi para pengawal dan ajudannya, Panglima Besar Jendral Sudirman menyusuri jalan setapak, naik gunung-turun gunung menembus hutan, menembus terik matahari dan derasnya hujan untuk memimpin perlawanan rakyat semesta. Dalam perjuangannya, beliau pernah menetap di desa Pakis, Sobo, Kecamatan Nawangan, Pacitan, Jawa Timur selama 99 hari mulai dari tanggal 31 Maret 1949 hingga 7 Juli 1949.

Di rumah tersebut dijadikan sebagai markas yang digunakan oleh Panglima Besar Jendral Sudirman untuk memberikan perintah kepada prajuritnya. Pada masa itu, keadaan sangat mencekam, suram dan menakutkan. Namun Jendral Sudirman tetap memberikan pegangan dan kekuatan batin kepada seluruh rakyat dan para prajuritnya yang berjuang untuk kelangsungan hidup bangsanya. Di sisi lain, MBKD dan MBKS kembali diaktifkan di bawah komando panglimanya masing-masing. Pemerintahan militer tetap menjalankan kegiatannya seperti sedia kala. Dengan kata lain, Republik Indonesia masih tetap tegak dan kokoh di bumi pertiwi.

Baca juga : Sejarah Sumpah Pemuda

Sementara itu, di pihak Belanda beranggapan bahwa ketika Yogyakarta jatuh, maka kekuatan TNI akan hancur berantakan. Mereka berpandangan jika memang demikian, artinya Agresi Militer Belanda 2 telah berhasil dan tinggal melanjutkan dengan melakukan pembersihan satu sampai dua bulan ke depan. Namun ternyata, dugaan Belanda tersebut salah besar, pada pukulan pertama, TNI tidak hancur sama sekali. Belanda dibiarkan menguasai perkotaan segangkan para pejuang mundur dan masuk ke pelosok-pelosok pedalaman untuk merencanakan selanjutnya.

Kebangkitan Perlawanan Pada Agresi Militer Belanda 2

Titik balik dari perlawanan terhada Agresi Militer Belanda 2 adalah terjadi dalam waktu sekitar satu bulan. TNI telah berhasil melakukan konsolidasi dan memperkuat barisannya dan kemudian mulai memberikan serangan secara teratur kepada lawan. Seluruh daerah Jawa dan Sumatra menjadi satu daerah gerilya yang menyeluruh. Serangan terhadap Belanda intensitasnya kemudian semakin ditingkatkan, dan penghadangan konvoi perbekalan Belanda berhasil dilakukan. Serangan-serangan besar mulai dilakukan di kota-kota penting yang diduduki Belanda yang dilaksanakan oleh TNI. Serangan yang paling populer adalah Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dipimpin oleh Komandan Brigade X Letnan Kolonel Soeharto.

Kala itu, pasukan TNI berhasil menguasai Yogyakarta hanya dalam waktu 6 jam saja. Dan di sisi lain, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menolak kerja sama dengan Belanda dan menduung apapun yang dilakukan oleh pemimpin gerilya. Kondisi ini tentu semakin membuat Belanda terdesak dan membuat para pejuang mendapatkan angin segar untuk menegakkan kedaulatan Republik Indonesia. Agresi Militer Belanda 2 ini ternyata menarik perhatian dari PBB, hal ini karena secara terang-terangan Belanda dengan sengaja tidak mengakui lagi perjanjian Renville di depan Komisi Tiga Negara yang ditugaskan oleh PBB. Kemudian sebagai tindak lanjut dari PBB, pada tanggal 24 Januari 1949 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi agar Indonesia dan Belanda segera mengakhiri peperangan. 

Baca juga : Kabinet Ali Sastroamijoyo 1

Nah kawan-kawan, itulah Sejarah Agresi Militer Belanda 2 serta kronologisnya. Semoga ringkasan sederhana di atas bisa membantu kawan-kawan dan bisa menambah informasi terkait Agresi Belanda 2. Jika ada beberapa informasi terkait Agresi Militer Belanda 2 yang kami sampaikan di atas yang dirasa kurang, kami mohon kawan-kawan bisa menmbahkan memberikan informasi kepada kami. Insyaalloh akan segera kami tambahkan, atau jika ada yang dirasa kurang tepat, kami juga mohon kesediaannya untuk melakukan koreksi melalui kolom komentar yang kami sediakan di bawah.

Sekian dulu dari kami, semoga ulasan mengenai Agresi Militer Belanda 2 di atas bisa menambah wawasan kita.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Agresi Militer Belanda 2, Sejarah Dan Kronologis Terjadinya

0 komentar:

Posting Komentar