Sejarah VOC, Pengertian VOC, Hak VOC Dan Tujuan Dibentuknya VOC (Sebuah Bahasan Lengkap) - Dalam perjaungan mendapatkan kemerdekaan Indonesia, sulit rasanya pembahasan dipisahkan dari keberadaan VOC. Perjuangan pergerakan selalu dihubungkan dengan adanya monopoli dari VOC. Keberadaan VOC di Indonesia ini jauh sebelum Indonesia mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 1945. Apalagi pada saat Indonesia sudah menyelenggarakan Pemilu 1955, sangat jauh sebelum itu VOC sudah ada di Indonesia. Baik, sebelum kita lebih jauh membahas mengenai VOC, kita bahas terlebih dahulu secara singkat pengertian VOC itu sendiri kemudian dilanjutkan pembahasan lainnya terkait VOC.
Sejarah VOC Pengertian VOC |
1. Pengertian VOC Secara Singkat
Baik, bahasan kita mulai dari pengertian VOC, apa itu VOC. VOC adalah singkatan dari Vereenidge Oostindische Compagnie yang berarti “Persekutuan Perusahaan Hindia Timur”. Kenapa diberi nama Hindia Timur, karena pada kala itu juga ada persekutuan dagang Hindia Barat yang namanya adalah Geoctroyeerde Westindische Compagnie. Nah, secara sederhana, VOC ini adalah suatu kongsi dagang adal Belanda yang pada saat itu merupakan kongsi dagang yang menguasai dan memonopoli perdagangan di Asia. Di Indonesia sendiri, karena kaya akan rempah-rempah di wilayah timur, maka VOC melancarkan strategi dagang dengan memonopoli segala barang dagangan rempah-rempah di wilayah Timur Indonesia.
2. Latar Belakang Pembentukan VOC
Pembentukan VOC di Indonesia oleh Belanda ini tentu saja memiliki dasar atau keinginan untuk memonopoli Indonesia di bidang perdagangan. Dan ternyata, bukan saja Belanda yang memiliki keinginan untuk menguasai perdagangan Indonesia, Inggris pun juga memiliki niat yang sama. Bahkan, Inggris bisa dikatakan melangkah lebih dulu daripada VOC dengan membentuk sebuah perserikatan dagang untuk kawasan Asia di tahun 1600 yang kala itu diberi nama EIC (East India Company). Keberadaan EIC ini membuat Belanda khawatir juga atas dominasi perdagangan di Indonesia. Sehingga, persaingan yang ada di antara para pedagang Belanda sendiri kemudian beralih menjadi persatuan dan kesepakatan untuk membuat sebuah persekutuan guna menghadang gerak langkah dari EIC.
Nah, salah satu cara yang bisa dilakukan oleh para pedagang Belanda untuk membendung EIC ini tidak ada cara lain kecuali dengan mempersatukan para pedagang Belanda dalam suatu wadah atau perserikatan dagang. Kemudian, salah seorang anggota parlemen dari Belanda yang bernama Johan van Oldebanevelt mengajukan usul mengenai penggabungan pedagang - pedagang Belanda menjadi serikat dagang. Kemudian pada tanggal 20 Maret 1602 atas prakarsa dari Pangeran Maurits dan Olden Barneveld didirikanlah sebuah perkumpulan kongsi perdagangan yang bernama Verenigde Oost-Indische Compagnie - VOC (Perkumpulan Dagang India Timur). Untuk menjalankan VOC ini, ada pengurus pusat yang terdiri dari 17 orang. VOC kemudian membuka kantor pertamanya di Indonesia tepatnya di Banten yang dikepalai oleh Francois Wittert pada tahun 1602.
Baca juga : Pemilu 1955, Latar Belakang, Kronologis, Hasil Dan Tujuan Diselenggarakannya
3. Tujuan Pembentukan VOC Di Indonesia
Dalam pembentukannya, VOC di Indonesia sendiri memiliki beberapa tujuan yang spesifik. Sehingga sebenarnya mereka memiliki road map yang jelas ketika dibentuk, bukan asal dan tanpa tujuan yang jelas. Karena pada masa itu, sebenarnya ada banyak pedagang Belanda yang juga tengah menjalankan dagang dan bisnisnya di Indonesia. Lalu tujuan seperti apa yang mendasari pembentukan VOC di Indonesia ini, di bawah ini adalah tujuan utama dari pembentukan VOC di Indonesia.
a. Menghindari persaingan dagang tidak sehat diantara sesama pedang Belanda sehinggan keuntungan maksimal dapat diperoleh.
b. Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan dagang dengan bangsa Eropa lainya.
c. Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol yang masih menduduki Belanda.
Dari tujuan di atas tentu bisa kita pahami bahwa VOC cukup memiliki strategi jangka panjang yang bukan saja untuk menguasai Indonesia. Namun lebih dari itu, pembentukan VOC juga dalam rangkan menguatkan posisi mereka di hadapan bangsa Eropa lainnya. Selain itu juga untuk memenangkan persaingan perdagangan di Eropa dengan menguatkan posisi diri (Belanda).
4. Hak-hak Istimewa atau Hak Octroi VOC
Dalam rangka untuk menguasai dan memonopoli perdagangan di Indonesia, tentu rencana tersebut tidak bisa berjalan tanpa adanya bantuan dari Pemerintah Belanda. Maka dari itu, salah satu bentuk sokongan dari Pemerintah Belanda pada VOC untuk menguasai perdagangan di Indonesia adalah dengan diberikannya Hak Istimewa kepada VOC. Ada banyak hak istimewa atau hak octroi yang diberikan oleh Pemerintah Belanda pada VOC di Indonesia. Hak tersebut meliputi :
a. Hak monopoli perdagangan
b. Hak mencetak dan mengedarkan uang
c. Hak mengangkat dan memperhentikan pegawai
d. Hak mengadakan perjanjian dengan raja-raja
e. Hak memiliki tentara sendiri
f. Hak mendirikan benteng
g. Hak menyatakan perang dan damai
h. Hak mengangkat dan memperhentikan penguasa-penguasa setempat.
i. Hak menjalankan kekuasaan kehakiman
Hak-hak istimewa inilah yang lantas membuat VOC semakin berkembang dengan pesat dan membuat Protugis semakin terdesak. Kemudian untuk semakin meningkatkan penetrasi kepentingan VOC, diangkatlah seorang gubernur jendral VOC yang pertama yaitu Pieter Both (1610-1614). Masuk pada masa Gubernur Jendral J.P Coen kemudian memiliki pandangan bahwa Jayakarta memiliki kedudukan yag lebih strategis dibanding yang lain. Kemudian pada tahun 1611 berhasil merebut Jayakarta yang kemudian namanya dirubah menjadi Batavia, dan disinilah pusat kekuasaan VOC di Indonesia.
5. Politik Ekonomi Yang Dilancarkan VOC
Untuk mendukung VOC dalam menjalankan misi untuk menguasai perdagangan dan memonopoli perdagangan di Indoensia, VOC memiliki strategi khusus dalam politik ekonominya. Semua strategi politik ekonomi yang dijalankan VOC tersebut selalu menguntungkan VOC dan merugikan warga Indonesia. Ada beberapa politik ekonomi yang diterapkan VOC di Indonesia seperti di bawah ini :
a. Verplichhte Leverantie
Verplichhte Leverantie yaitu memaksa pribumi untuk menjual hasil bumi dengan harga yang telah ditetapkan oleh VOC. Peraturan ini melarang rakyat untuk menjual hasil bumi kepada pedagang lain selain VOC. Hasil bumi tersebut diantaranya lada, kapas, kayu manis, gula, beras, nila serta binatang ternak.
b. Contingenten
Contingenten yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil bumi.
c. Ektripasi
Ektripasi yaitu hak VOC untuk menebang tanaman rempah-rempah agar tidak terjadi kelebihan produksi yang dapat menyebabkan harga merosot.
d. Pelayaran Hongi
Pelayaran Hongi adalah bertujuan untuk mengawasi pelaksanaan perdagangan yang dilakukan oleh VOC. Pelayaran ini dilakukan untuk menghindari adanya penyelundupan dan perdagangan pasar gelap yang menyalahi aturan VOC. Tindakan yang dilakukan oleh VOC untuk yang melanggar peraturan atau ketentuan yang sudah disepakati VOC adalah penyitaan barang dagangan, dijebloskan ke penjara, dijual sebagai budak di pasar budak bahkan sampai pada yang terberat yaitu dengan dihabisi.
e. Preanger Stelsel
Sistem Priangan atau lebih dikenal sebagai sistem Preanger Stelsel adalah penyerahan wajib pajak atas hasil bumi warga Priangan pada VOC. Ini terjadi pada periode 1677 sampai 1871, bukan berupa uang namun berupa hasil bumi yang memiliki nilai setara dengan uang pajak itu sendiri. Apabila pribumi tidak memiliki lahan hasil bumi, maka mereka akan dipaksa untuk menjadi budak oleh VOC. Para budak tersebut kemudian dipaksa bekerja biasanya menanam tanaman yang sesuai keinginan dari VOC dengan sistem kerja paksa atau kerja rodi tanpa mendapatkan upah sepeserpun dari VOC.
Dengan apa yang dilakukan VOC di Indonesia ini, ada dampak positif meski lebih banyak dampak negatifnya. Dampak positif dari kegiatan VOC ini adalah komoditi rempah-rempah dari Indonesia merupakan komoditi yang sangat laku di Eropa. Sedangkan dampak buruknya adalh terjadinya penindasan yang luar biasa pada pribumi dalam rangka untuk menguasai dan memonopoli komoditi rempah-rempah di Indonesia oleh VOC. Untuk VOC sendiri, jelas ini sangat menguntungkan dan bisa mendapatkan pemasukan yang sangat luar biasa besar. Dan bukan hanya untuk VOC, namun juga menambah pemasukan yang sangat besar untuk Belanda.
Keuntungan yang besar ini ternyata menjadi bumerang bagi VOC sendiri. Pasa,nya sikap pejabat yang ada di dalam VOC menjadi semakin serakah dan korupsi semakin besar di sana sini. Terjadinya korupsi ini tentu membuat pemasukan dalam kas Belanda menjadi berkurang, sehingga pada akhirnya pada tanggal 31 Desember 1799 VOC dibubarkan dan digantikan oleh Belanda sendiri. Dan, hutang-hutang VOC pada periode sebelumnya pun kemudian menjadi tanggungan Belanda sehingga keadaan ini tentu membuat kas negara Belanda menjadi berkurang dan bahkan habis.
Baca juga : Kabinet Ali Sastroamijoyo I, Program Kerja, Prestasi Dan Kejatuhannya
6. Birokrasi VOC
Untuk menjalankan bisnisnya dan memrintah wilayah-wilayah yang ada di Indonesia, VOC mengangkat seorang gubernur Jendral. Gubernur Jendral ini dalam menjalankan tugasnya di VOC dibantu oleh emmpat orang anggota yang sering disebut dengan Raad van Indie (dewan India). Di bawah Gubernur Jendral, ada seorang Gubernur yang memimpin suatu daerah dan di bawah Gubernur ini ada residen yang dibantu oleh asisten residen. Dalam sejarah kepemimpinan Gubernur VOC, ada beberapa Gubernur Jendral yang dianggap bisa dan berhasil mengembangkan usaha dagang nya dan kolonialisasi di Indonesia. Gubernur Jendral tersebut adalah :
- Jaan Pieterszoon Coen ( 1619-1629 )
Keberhasilan : Mendirikan Batavia dan berhasil mencetuskan kolonialisme serta imperialisme dari belanda atas Indonesia
- Antonio van Diemen ( 1636-1645 )
Keberhasilan : Berhasil memperluas kekuasaan VOC sampai ke Maluku pada tahun 1641 dan bahkan berhasil mengirim misi pelayaran ke luar Indonesia yaitu ke Australia dan ke Selandia Baru.
- Joan Maetsycker ( 1653-1678 )
Keberhasilan : Memperluas wilayah kekuasaan VOC sampai ke Padang, Semarang, dan Manado.
- Cornelis Speelman ( 1681-1684 )
Keberhasilan : Berhasil mengalahkan beberapa perlawanan dari warga pribumi Indonesia. Diantaranya adalah berhasil menghalau perlawanan Sultan Hasanuddin dari Makassar, kemudian berhasil meredam pembrontakan Trunojoyo di Mataram, dan mengalahkan Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten.
Sistem feodalisme yang sudah berlangsung di Indonesia, dimanfaatkan dengan sangat cerdik oleh VOC untuk menerapkan sistem pemerintahan tidak langsungnya.
7. Daftar Gubernur Jendral VOC
Untuk memastikan keberhasilan VOC di Indonesia, bukan hanya satu atau dua Gubernur Jendral yang ditugaskan untuk menjalankan misi VOC di Indonesia. Ada banyak Gubernur Jendral yang ditugaskan. Pergantian struktur kepengurusan adalah suatu yang lumrah untuk memuuskan rencana dan target dari VOC. Di bawah ini adalah daftar nama Gubernur Jendral yang pernah bertugas untuk menjalankan VOC di Indonesia.
1610-1614 Pieter Both
1614-1615 Gerard Reynest
1616-1619 Laurens Reael
1619-1623 Jan Pieterszoon Coen
1623-1627 Pieter de Carpienter
1627-1629 Jan Pieterszoon Coen
1629-1632 Jacques Specx
1632-1636 Hendrik Brouwer
1636-1645 Antonio van Diemen
1645-1650 Cornelis van der Lijn
1650-1653 Carel Reyniersz
1653-1678 Joan Maetsuycker
1678-1681 Rijckloff van Goens
1681-1684 Cornelis Speelman
1684-1691 Johannes Camphuys
1691-1704 Willem van Outhoorn
1704-1709 Joan van Hoorn
1709-1713 Abraham van Riebereck
1713-1718 Christoffel van Swol
1718-1725 Hendrick Zwaardecroon
1725-1729 Mattheus de Haan
1729-1731 Diederik Durven
1731-1735 Dirk van Cloon
1735-1737 Abraham Patras
1737-1741 Adriaan Valckenier
1741-1743 Johannes Thedens
1743-1750 Gustaaf Willem baron van Imhoff
1750-1761 Jacob Mossel
1761-1775 Petrus Albertus van der Parra
1775-1777 Jeremias van Riemsdijk
1777-1780 Reinier de Klerk
1780-1796 Willem Arnold Alting
1798- Pieter Gerardus van Overstraten
8. Kemunduran VOC di Indonesia
Setelah sekian lama menduduki Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai ladang emasnya, VOC kemudian mengalami kemunduran. Dan bahkan pada puncaknya VOC dibubarkan oleh Belanda karena beberapa penyebab utama. Penyebab keruntuhan VOC adalah :
a. Banyak pegawai VOC yang korupsi
b. VOC terjerat banyak hutang
c. Pengeluaran VOC yang semakin besar akibat melukakan perang
d. Adanya persaingan yang ketat dari pedagang Eropa
e. Penggunaan tentara sewaan yang membebani kas VOC
f. Adanya perang yang terus menerus oleh VOC sehingga memakan biaya yang cukup besar terutama ketika perang melawan Diponegoro
g. Pembagian deviden (laba dari kegiatan perdagangan) kepada pemilik saham walaupun kas VOC mengalami defisit
0 komentar:
Posting Komentar