Dampak Perjanjian Roem Royen Bagi Indonesia - Dalam perjalanan proses
untuk mendapatkan stabilitas di berbagai bidang pasca kemerdekaan, Indonesia
masih menghadapi berbagai masalah yang sangat krusial. Ada banyak sekali
gangguan baik dari dalam negeri (pemberontakan) dan gangguan dari Belanda yang
nampaknya belum rela melepaskan Indonesia begitu saja. Nah, keengganan Belanda
ini direalisasikan dengan serangan yang masih dilakukan Belanda di Yogyakarta.
Melihat keadaan seperti ini, maka untuk segera mendapatkan stabilitas, maka
digelarlah berbagi macam perjanjian.
![]() |
Dampak Perjanjian Roem Royen |
Beberapa perjanjian seperti perjanjian Renville (baca : Sejarah Perjanjian Renville) dan perjanjian Roem Royen (baca : Sejarah Perjanjian Roem Royen) dilakukan dalam rangka menyelesaikan konflik yang masih terjadi antara
Belanda dan Indonesia. Dari masing-masing perjanjian tersebut, tentu akan
memiliki pengaruh terhadap Indonesia. Termasuk perjanjian Roem Royen sendiri,
tentunya juga memiliki dampak perjanjian Roem Royen bagi Indonesia. Nah, apa
sajakah dampak perjanjian Roem Royen untuk Indonesia, perhatikan penjelasan di
bawah ini.
Dampak Perjanjian Roem Royen Untuk Indonesia
Setelah perjanjian Roem Royen telah disepakati, maka Pemerintah
Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatra segera memerintahkan kepada Sri
Sultan Hamengku Buwono IX untuk mengambil alih pemerintahan di Yogyakarta dari
tangan
Belanda. Namun di sisi lain, pihak TNI masih galau namun tetap menyambut
hasil perjanjian itu dengan penuh kecurigaan. Karena mengingat ketika dicapai
sebuah kesepakatan dalam perundingan, selalu merugikan perjuangan bangsa
Indonesia. Melihat keadaan itu, Jendral Soedirman segera memperingatkan kepada
seluruh pasukan bahwa komando berada di bawahnya dan agar tidak perlu
memikirkan masalah perundingan Roem Royen.
Kemudian untuk menggaris bawahi perintah Jendral Sudirman, maka
Panglima Tentara dan Teritorium Jawa Kolonel A.H. Nasution kemudian
memrintahkan para komandan lapangan untuk bisa membedakan antaa gencatan
senjata sebagai kepentingan politik dan gencatan senjata sebagai kepentingan
militer. Singkat kata, kemudian pada tanggal 22 Juni 1949 digelarlah
perundingan segitiga. Perundingan tersebut dilakukan oleh Republik Indonesia,
Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda di bawah pengawasan Komisi
PBB yang dipimpin oleh Christchley. Perundingan segitiga tersebut kemudian
menghasilkan kesepakatan penting seperti di bawah ini.
- Pengembalian pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta akan dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 1949.
- Perintah penghentian perang gerilya akan diberikan setelah pemerintahan Republik Indonesia berada di Yogyakarta pada tanggal 1 Juli 1949.
- Konferensi Meja Bundar (KMB) akan dilaksanakan di Den Haag.
Pasca Perjanjian Roem Royen
- Pada tanggal 1 Juli 1949 pemerintah Republik Indonesia secara resmi kembali ke Yogyakarta.
- Para pemimpin Republik Indonesia dari medan gerilya berdatangan.
- Panglima Besar Jenderal Sudirman tiba kembali di Yogyakarta tanggal 10 Juli 1949.
- Pada tanggal 13 Juli 1949 diselenggarakan siding cabinet.
- Syafruddin Prawiranegara mengembalikan mandate kepada wakil presiden Moh Hatta.
- Sri Sultan Hamengku Buwono IX diangkat menjadi menteri pertahanan merangkap koordinator keamanan.
Baca juga :
Nah teman-teman, itulah Dampak Perjanjian Roem Royen Bagi Indonesia
dan beberapa peristiwa penting pasca Perjanjian Roem Royen. Semoga sedikit
informasi mengenai Dampak Perjanjian Roem Royen Bagi Indonesia dan beberapa
peristiwa penting pasca Perjanjian Roem Royen di atas bisa menambah wawasan
kita mengenai sejarah Perjanjian Roem Royen yang sangat penting untuk
Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar