Jumat, 20 Januari 2017

Dampak Perjanjian Roem Royen Bagi Indonesia

Dampak Perjanjian Roem Royen Bagi Indonesia - Dalam perjalanan proses untuk mendapatkan stabilitas di berbagai bidang pasca kemerdekaan, Indonesia masih menghadapi berbagai masalah yang sangat krusial. Ada banyak sekali gangguan baik dari dalam negeri (pemberontakan) dan gangguan dari Belanda yang nampaknya belum rela melepaskan Indonesia begitu saja. Nah, keengganan Belanda ini direalisasikan dengan serangan yang masih dilakukan Belanda di Yogyakarta. Melihat keadaan seperti ini, maka untuk segera mendapatkan stabilitas, maka digelarlah berbagi macam perjanjian.

Dampak Perjanjian Roem Royen
Dampak Perjanjian Roem Royen

Beberapa perjanjian seperti perjanjian Renville (baca : Sejarah Perjanjian Renville) dan perjanjian Roem Royen (baca : Sejarah Perjanjian Roem Royen) dilakukan dalam rangka menyelesaikan konflik yang masih terjadi antara Belanda dan Indonesia. Dari masing-masing perjanjian tersebut, tentu akan memiliki pengaruh terhadap Indonesia. Termasuk perjanjian Roem Royen sendiri, tentunya juga memiliki dampak perjanjian Roem Royen bagi Indonesia. Nah, apa sajakah dampak perjanjian Roem Royen untuk Indonesia, perhatikan penjelasan di bawah ini.

Dampak Perjanjian Roem Royen Untuk Indonesia

Setelah perjanjian Roem Royen telah disepakati, maka Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatra segera memerintahkan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk mengambil alih pemerintahan di Yogyakarta dari tangan
Belanda. Namun di sisi lain, pihak TNI masih galau namun tetap menyambut hasil perjanjian itu dengan penuh kecurigaan. Karena mengingat ketika dicapai sebuah kesepakatan dalam perundingan, selalu merugikan perjuangan bangsa Indonesia. Melihat keadaan itu, Jendral Soedirman segera memperingatkan kepada seluruh pasukan bahwa komando berada di bawahnya dan agar tidak perlu memikirkan masalah perundingan Roem Royen.

Kemudian untuk menggaris bawahi perintah Jendral Sudirman, maka Panglima Tentara dan Teritorium Jawa Kolonel A.H. Nasution kemudian memrintahkan para komandan lapangan untuk bisa membedakan antaa gencatan senjata sebagai kepentingan politik dan gencatan senjata sebagai kepentingan militer. Singkat kata, kemudian pada tanggal 22 Juni 1949 digelarlah perundingan segitiga. Perundingan tersebut dilakukan oleh Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda di bawah pengawasan Komisi PBB yang dipimpin oleh Christchley. Perundingan segitiga tersebut kemudian menghasilkan kesepakatan penting seperti di bawah ini.

  • Pengembalian pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta akan dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 1949.
  • Perintah penghentian perang gerilya akan diberikan setelah pemerintahan Republik Indonesia berada di Yogyakarta pada tanggal 1 Juli 1949.
  • Konferensi Meja Bundar (KMB) akan dilaksanakan di Den Haag. 

Pasca Perjanjian Roem Royen

  • Pada tanggal 1 Juli 1949 pemerintah Republik Indonesia secara resmi kembali ke Yogyakarta.
  • Para pemimpin Republik Indonesia dari medan gerilya berdatangan.
  • Panglima Besar Jenderal Sudirman tiba kembali di Yogyakarta tanggal 10 Juli 1949.
  • Pada tanggal 13 Juli 1949 diselenggarakan siding cabinet.
  • Syafruddin Prawiranegara mengembalikan mandate kepada wakil presiden Moh Hatta.
  • Sri Sultan Hamengku Buwono IX diangkat menjadi menteri pertahanan merangkap koordinator keamanan. 
Baca juga : 


Nah teman-teman, itulah Dampak Perjanjian Roem Royen Bagi Indonesia dan beberapa peristiwa penting pasca Perjanjian Roem Royen. Semoga sedikit informasi mengenai Dampak Perjanjian Roem Royen Bagi Indonesia dan beberapa peristiwa penting pasca Perjanjian Roem Royen di atas bisa menambah wawasan kita mengenai sejarah Perjanjian Roem Royen yang sangat penting untuk Indonesia.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Dampak Perjanjian Roem Royen Bagi Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar